UPACARA SAPU SEBAGAI TANDA KEDEWASAAN BAGI KAUM LAKI LAKI PADA MASYARAKAT LOA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA

OKTAVIANUS LOKO, BAY (2022) UPACARA SAPU SEBAGAI TANDA KEDEWASAAN BAGI KAUM LAKI LAKI PADA MASYARAKAT LOA KECAMATAN SOA KABUPATEN NGADA. Skripsi thesis, UNIVERSITAS FLORES.

[img] Text (COVER)
COVER ALVIAN PDF.pdf

Download (1MB)
[img] Text (BAB I)
BAB I.pdf
Restricted to Registered users only

Download (396kB) | Request a copy
[img] Text (BAB II)
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (302kB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (226kB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV)
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (542kB) | Request a copy
[img] Text (BAB V)
BAB V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (296kB) | Request a copy
[img] Text (LAMPIRAN)
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy

Abstract

ABSTRAK Oktavianus Loko Bay. 2016240118. Upacara Sapu Sebagai Tanda Kedewasaan Bagi Laki-Laki Pada Masyarakat Lo‟a Kecamatan So‟a Kabupaten Ngada. Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Flores.2022 Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 17 ribu pulau yang terpencar dari Sabang sampai Merauke atau dari pulau Miangas sampai Pulau Rote. Konsekuasi sebagai negara kepulauan sehingga kondisi geografisnnya terisolasi dan memungkinkan setiap daerah memiliki latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang berbeda antara daerah yang satu dan daerah yang lainnya. Bangsa yang besar ini memiliki cita-cita kebangkitan budaya yakni menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan nasional. Harus disadari bahwa kebudayaan yang dimiliki merupakan kekayaan bersama yang harus dilestarikan, dikembangkan dan diperkenalkan diseluruh masyarakat Indonesia. Upacara adat biasanya dilakukan melalui sistem yang sudah ditetapkan oleh pewaris kepada penerima warisan budaya dalam suatu daerah seperti halnya yang tercipta pada masyarakat desa Lo‟a melalui ‘‘upacara adat Sapu’’ dimana upacara ini dilakukan untuk mengangkat derajat seseorang pria dalam tatanan kehidupan budaya atau dalam hukum adat daerah setempat. Untuk mendapatkan data penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif serta teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teori interaksisimbolik oleh G. Herbert Mead. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1). Proses upacara adat Sapu di Desa Lo‟a Kecamatan So‟a Kabupaten Ngada. (2). Makna upacara adat Sapu bagi masyarakat Lo‟a. (3). Pandangan masyarakat tentang upacara adat Sapu. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Upacara Sapu (Pendewasaan Diri) adalah upacara adat pendewasaan diri bagi laki laki yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang pada masyarakat Lo‟a. Upacara adat Sapu dalam prosesnya melewati beberapa tahap yakni: (1). Tahap persiapan, terditi dari musyawarah keluarga untuk mempersiapkan bahan-bahan dalam upacara Sapu serta memilih bapak mama angkat (mori ine dan mori ema) serta pembantu (ana wazu). (2). Tahap inti, terdiri dari mandi dikali (zio peza), undang masyarakat (reku), makan nasi bambu (ka sona) dan makan bersama (ka meze). (3). Tahap penutup terdiri dari pemberian daging untuk saudari (teza moe).Upacara sapu juga memiliki makna dalam kehidupan bermasyarakat baik secara langung maupun tidak langsung yaitu, Makna religious, makna persatuan, makna solidaritas, makna pendewasaan dan makna sosial.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Uncontrolled Keywords: Kata Kunci: Upacara sapu, Pendewasaan
Subjects: L Pendidikan > Pendidikan Sejarah
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > Program Studi Pendidikan Sejarah
Depositing User: perpus takaan uniflor
Date Deposited: 26 Oct 2022 04:43
Last Modified: 26 Oct 2022 04:43
URI: http://180.250.177.156/id/eprint/2041

Actions (login required)

View Item View Item