BENTUK DENDA ADAT TERHADAP PELAKU PELECEHAN SEKSUAL (PELAPANI) DI DESA NDIKOSAPU KECAMATAN LEPEMBUSU KELISOKE KABUPATEN ENDE (SUATU STUDI DI KAMPUNG TANA AU).

AMBROSIUS NGGALA, BEPA (2025) BENTUK DENDA ADAT TERHADAP PELAKU PELECEHAN SEKSUAL (PELAPANI) DI DESA NDIKOSAPU KECAMATAN LEPEMBUSU KELISOKE KABUPATEN ENDE (SUATU STUDI DI KAMPUNG TANA AU). Skripsi thesis, UNIVERSITAS FLORES.

[img] Text (COVER)
COVER DLL.pdf

Download (722kB)
[img] Text (BAB I)
BAB I.pdf
Restricted to Registered users only

Download (305kB) | Request a copy
[img] Text (BAB II)
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (297kB) | Request a copy
[img] Text (BAB III)
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (695kB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV)
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (192kB) | Request a copy
[img] Text (BAB V)
BAB V DAN DAFTAR PUSTAKA (5).pdf
Restricted to Registered users only

Download (173kB) | Request a copy
[img] Text (LAMPIRAN)
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (812kB) | Request a copy

Abstract

ABSTRAK BENTUK DENDA ADAT TERHADAP PELAKU PELECEHAN SEKSUAL (PELAPANI) DI DESA NDIKOSAPU KECAMATAN LEPEMBUSU KELISOKE KABUPATEN ENDE ( SUATU STUDI DI KAMPUNG TANA AU). Disusun oleh: Ambrosius Nggala Bepa, Nim: 2021110687 Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk denda adat terhadap pelaku pelecehan seksual (pelapani) serta mengidentifikasi faktor-faktor penyebab tidak dilaksanakannya denda adat tersebut di Desa Ndikosapu, Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Kabupaten Ende, khususnya di wilayah adat Tana Au. Metode penelitian yang digunakan adalah metode empiris dengan pendekatan sosiologis yuridis, yaitu melihat praktik hukum berdasarkan kenyataan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk denda adat dalam kasus pelapani meliputi denda wale (berupa uang dan kain), denda barang (seperti babi 4 pikul dan beras 1 karung), serta kompensasi sebidang tanah. Denda ini diberikan melalui keputusan musyawarah adat oleh tokoh adat (mosalaki) dan diterapkan kepada pelaku dan juga, dalam beberapa kasus, kepada korban. Denda adat ini bertujuan untuk memulihkan martabat korban, menjaga keharmonisan sosial, serta menunjukkan tanggung jawab moral pelaku terhadap pelanggaran adat. Namun, pelaksanaan denda adat tidak berjalan dengan maksimal. Terdapat beberapa faktor internal yang menjadi penyebabnya, antara lain: kurangnya sosialisasi dari pihak mosalaki sebelum menetapkan denda, tidak adanya kepemilikan tanah oleh pelaku, dan tingginya nilai denda yang tidak sebanding dengan kemampuan ekonomi keluarga pelaku. Sementara itu, faktor eksternal meliputi: kurang tegasnya pemberi sanksi adat, adanya hubungan keluarga antara pelaku dan mosalaki, kurangnya pemahaman mosalaki tentang ketentuan adat sebelumnya, serta usia mosalaki yang masih muda sehingga dianggap kurang bijaksana dalam memutuskan denda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa walaupun sistem denda adat masih diakui dan dijalankan oleh masyarakat, pelaksanaannya semakin lemah dan tidak konsisten. Oleh karena itu, perlu dilakukan penguatan peran lembaga adat, sinergi antara hukum adat dan hukum negara, serta edukasi masyarakat mengenai pentingnya penegakan keadilan dalam kasus pelecehan seksual. Kata Kunci: Denda Adat, Pela Pani, Hukum Adat, Pelecehan Seksual, Mosalaki, Kampung Tana Au.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Uncontrolled Keywords: Kata Kunci: Denda Adat, Pela Pani, Hukum Adat, Pelecehan Seksual, Mosalaki, Kampung Tana Au.
Subjects: H Ilmu Hukum > Hukum Pidana
Divisions: Fakultas Hukum > Program Studi Ilmu Hukum
Depositing User: perpus takaan uniflor
Date Deposited: 02 Oct 2025 02:11
Last Modified: 02 Oct 2025 02:11
URI: http://180.250.177.156/id/eprint/4113

Actions (login required)

View Item View Item